AKMIL


*Jangan Mau Diprovokasi PKI*
ditulis 15 Ags 2019, dua hari jelang HUT RI ke 74, oleh *Ferry Is Mirza (fim) Lulusan Terbaik Wartawan Utama Nasional Angkatan II / 2012*


*Pemuda* tampan berwajah bule itu adalah Enzo Zens Allie. Enzo satu dari 364 calon taruna (catar) Akademi Militer (Akmil) yang lulus untuk dididik di kawah candradimuka TNI AD di Magelang.

Bila lulus pendidikan Akmil selama empat tahun, para catar itu akan menjadi perwira muda TNI AD yang handal.

Berbagai pujian diberikan kepada Enzo. Itu setelah Panglima TNI mewawancarai Enzo yang berdarah Prancis, videonya viral.

Viral video yang mengundang perhatian netizen Indonesia ini tiba-tiba berubah menjadi ajang cacian, sumpah serapah, bahkan ajang sensasi para politisi dan tokoh nasional. Menuding Enzo terpapar radikalisme, karena photo Enzo dengan berpose menggunakan bendera Tauhid Islam

Wajar bila yang berkomentar sinis itu adalah para politisi teraviliasi dengan PKI. Sebab, mereka macam cacing kepanasan memanfaatkan momen ini untuk kembali serang ummat Islam. Ingat, memang sudah tabiat PKI itu membenci Islam.

Namun, rupanya bukan hanya yang teraviliasi PKI saja yang nyinyir. Para tokoh bangsa, bahkan bergelar profesor seperti Machfud MD berlomba  bersuara nyaring atas nama Pancasila dan NKRI meminta Enzo dipecat dari catar Akmil TNI AD.

Beruntung KASAD (Kepala Staf Angkatan Darat) Jendral Andika Perkasa dengan tegas mementahkan akrobatik para tokoh bangsa dan politisi itu. Jenderal Andika menyatakan, Enzo tetap bisa melanjutkan pendidikan Akmil TNI AD seperti rekannya yang lain.

Selain itu, KASAD meminta para pihak untuk tidak intervensi mekanisme internal TNI AD. Menurut jendral bertubuh kekar bak binaragawan dan handsome ini, menjamin bahwa panitia seleksi internal TNI AD sudah teruji puluhan tahun, dengan mekanisme yang ketat untuk menyaring siapa putra/putri terbaik bangsa yang layak untuk menjadi taruna pendidikan militer paling bergengsi di Indonesia ini.

Dijelaskan, ternyata nilai dan hasil test Enzo berada diatas rata-rata. Baik ujian jasmani, rohani, dan kesadaran bela negara (mental ideologi)nya.

Dengan pernyataan tegas KASAD ini, membuat para pihak yang sebelumnya nyaring bersuara bak klason mobil di terminal bus, sedikit mulai menciut dan berkurang. Namun apakah permasalahan ini akan berhenti sampai disini ?

Tidak ! Justru, menurut penulis menarik untuk kita telaah dan cermati bersama. Apa sebenarnya yang terjadi dibalik ini semua. Apakah benar Enzo yang diserang sedemikian rupa adalah sasaran utama ? Kemana sebenarnya arah pisau opini ini sedang diarahkan ? Apa motif terselubung dibalik heboh ini ? Dan pihak mana saja yang sedang bermain dan mengambil momen manfaat ??

Penulis mencoba menganalisis dan menterjemahkan benang merah dan bayangan kepentingan (hantu) yang bermain dibalik ini semua sebagai berikut :

*1. Yang mereka serang itu sebenarnya bukan Enzo. Tetapi symbol bendera tauhid ummat Islam. Kenapa ? Kok bisa ? Apa tujuannya ? Tentu akan banyak pertanyaan lagi dari kita semua.*

_Ada program besar yang sedang berjalan di Indonesia. Yaitu, bagaimana caranya Islam sebagai agama terbesar di Indonesia menjadi musuh negara. Islam yang dimaksudkan disini adalah, Islam yang ummatnya tidak mau patuh, tunduk, ikut dengan kemauan mereka. Maka kelompok Islam yang seperti ini mereka sebut kelompok Islam radikal, fundamentalis. Lebih sadis lagi dilabeli teroris._

Program besar yang kotor dan jahat seperti ini secara global sebenarnya sudah tak laku lagi dibelahan Eropa dan Amerika. Namun di Asia (Uighuyur China, Myanmar-Rohingya) termasuk di Indonesia program ini semakin dapat angin.

Pemainnya bukan lagi barat secara intens dan spesifik. Tetapi pihak komunis yang punya kepentingan besar untuk merealisasikan program khususnya di Asia-Afrika yang mereka klaim sebagai tanah baru jajahannya secara internal.

NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebagai pilar dari kawasan Asia Tenggara mempunyai nilai strategis dan objek penentu untuk menguasai Asia.

Negara mana pun tahu, benteng utama bangsa Indonesia ini sejak zaman kerajaan, sebelum kemerdekaan, dan setelah kemerdekaan itu adalah ummat Islam yang terkenal fanatis dan militan.

Jadi kalau ingin menguasai Indonesia, secara etnisentris kultular rakyatnya, maka hancurkan dulu Islam yang ada didalam dada rakyat Indonesia. Jauhkan mereka dari agamanya.

Caranya ? Yaitu dengan membangun stigma negatif terhadap apa saja atas nama symbol, ajaran, tokoh Islam secara masive disetiap momen dan saat apapun. Agar Islam seolah buruk dan jahat dimata ummatnya sendiri.

Setelah itu baru melakukan maping (pemetaan) dan memecah belah barisan ummat Islam dengan modus ; kalau tokoh dan kelompok Islam itu tidak mau tunduk dan patuh pada mereka akan dicap radikal, teroris, jahat dan dijauhi (isolasi).

Tapi bagi tokoh, kelompok yang ikut, patuh dan tunduk dengan kepentingan mereka akan disanjung-sanjung, dipuja-puji slogan jadi ‘bapak bangsa’, tokoh moderat, serta plus panggung, fasilitas jabatan dan produk duniawi lainnya. Agar setelah itu ummat Islam terpecah belah dan saling cakar, saling hujat satu sama lain.

Cara seperti ini sebenarnya juga pernah dilakukan penjajah Belanda kepada orang tua kita terdahulu. Bagi siapa yang berjuang melawan Belanda akan di katakan extrimis, teroris, pemberontak, radikal, seperti yang mereka sematkan kepada Panggeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, Teuku Umar, serta para pahlawan nasional lainnya.

Namun bagi yang manut dan ikut, akan diangkat jadi Demang, centeng, dan juragan dimasing daerahnya. Apa bedanya dengan sekarang ??

Mereka tahu. TNI AD dan ummat Islam ketika masa pemberontakan PKI tahun 1965 mempunyai sejarah gemilang dalam menumpas komunis di Indonesia. Jargon TNI manunggal bersama rakyat juga lekat dimasyarakat.

Untuk itu, penulis melihat seolah ada upaya untuk membenturkan antara rakyat dengan TNI khususnya, TNI AD.

Skenario mereka mungkin saja mengharapkan, pihak Mabes TNI AD akan ‘latah’ mengiyakan retak gendang ciloteh (opini) mereka yang secara eksokisit mau menekan TNI AD agar memecat Enzo dan mengeluarkannya dari pendidikan Akmil. Tujuannya adalah, agar ummat Islam dengan kejadian ini marah kepada TNI AD dan kalau bisa berbenturan keras dan konflik dengan TNI. Atau minimal citra TNI anti Islam akan dibangun dari titik isu ini.

Untung hal ini dapat dibaca oleh KASAD dengan jernih dan tidak mau terpengaruh dengan permainan jebakan murahan ini.

Menguji soliditas TNI AD, dan memberi sinyal pada publik, bahwa TNI AD sekarang bukan lagi sebuah institusi yang ‘sakti’ dan menakutkan lagi seperti dulu. Topeng reformasi dan supremasi sipil telah memberikan pintu surga bagi mereka untuk mempreteli kekuatan TNI dari dalam dan luar. Mereka seakan ingin memperlihatkan bahwa mereka sekarang punya kuasa luar biasa sampai TNI pun bisa mereka obok-obok dan dikte. Lihatlah saat ini banyak beredar photo-photo polisi dengan anjing pelacak memeriksa ransel prajurit TNI, dan isu ‘democratic policying’, dimana kedepan Polisi akan jadi garda terdepan dalam negara, boleh ditempatkan dimana saja,

Berbeda dengan TNI yang cukup berjaga diperbatasan serta dibarak-barak militer saja. Fungsi teritorial mulai dari Kodam, Korem, Koramil, dan Babinsa ditiadakan. Sekarang biaya operasional untuk Babinsa pun sudah mulai ditiadakan. Isu ini kuat beredar di pembicaraan keluarga besar TNI.

Melakukan scanning, pemetaan, bagi para tokoh mana yang pro dan kontra dengan isu Enzo ini. Bagi yang ‘keras dan nyaring’ suaranya menolak maka tentu akan mendapatkan prevelage khusus nantinya. Jadi jangan heran apabila, ada beberapa oknum dan tokoh yang berjibaku berkomentar menyerang Enzo.

Bagi yang kontra, secara perlahan pasti akan disingkirkan karena dianggap berbeda paham dan jadi ancaman.

Meneguhkan doktrin komunis Mao Tse Tung, bahwa “agama itu adalah candu “. Mungkin sekarang awalnya bendera tauhid yang mereka permasalahkan. Bisa jadi nanti atribut seperti jilbab, jenggot, celana jingkrang, bahkan Al Quran pun akan mereka permasalahkan. Lihatlah disosial media saat ini, bagaimana mereka memperolok-olok agama Islam, merecoki ajaran Islam, melecehkan symbol Islam, karena sejatinya yang mereka benci itu adalah Islam. Sebagaiamana firman Allah dalam surat Albaqarah ayat 120 ; Bahwa mereka kaum yahudi dan nasrani bersama orang munafik, tidak akan pernah berhenti memusuhi ummat Islam sampai kita semua berpaling dan mengikuti agama mereka.

Artinya. Upaya membenturkan agama (Islam) dengan negara, agama dengan Pancasila, alergi dengan bahasa syariah dan khilafah, semua itu tak lebih dari upaya mereka untuk membumi hanguskan Islam dari bumi Nusantara. Karena mereka sadar, selagi ada Islam didalam dada masyarakat Indonesia, maka akan tetap sulit dan kendala besar bagi mereka untuk kuasai Indonesia secara total dan penuh.

Mereka juga sadar algoritma dan anatomi Islam itu adalah, amar maruf dan nahi munkar. Yaitu akan selalu terdepan untuk melawan setiap bentuk ketidak adilan. Dan Islam sangat jauh bertentangan dengan paham komunis-sosialis-liberalis-atheis yang mereka anut.

Jadi menurut penulis. Heboh isu Enzo merupakan sebagian dari sebuah fenomonea gunung es yang sedang terjadi dibumi NKRI bahkan dunia saat ini.

Tinggal jawabannya ada pada masyarakat Indonesia. Apakah masih mau diobok-obok oleh upaya adu domba antara agama dengan negara ? Isu HTI dengan NKRI ?

Karena, Pancasila dan UUD 1945 itu bagi ummat Islam Indonesia sudah final. Tidak ada masalah lagi. Kehidupan agama dan bernegara sudah terbingkai indah didalam Pancasila dan UUD NKRI 1945 pasal 29 (ayat) 2. Bahwa "Negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk menjalankan agama dan kepercayaan sesuai dengan agama kepercayaannya masing-masing".

Jadi jangan usik lagi hal ini dengan asumsi liar, seolah menjadikan agama sebagai ancaman, dan bendera tauhid panji kehormatan ummat Islam seolah momok yang menakutkan.

Semisal, kemarin berbagai koran memuat foto dan berita anak Kartosuwiryo DI/TII mencium sang saka Merah Putih disaksikan Menkopolhukam Wiranto, dikantornya. Belum pernah ada anak PKI mengakui NKRI dan mencium Merah Putih dipublikasikan. Kenapa ?

Cukuplah, berhentilah. Masih banyak PR kita bersama terhadap bangsa ini. Mari kita saling hormati perasaan ummat Islam yang mayoritas dinegeri ini. Terima fakta ini dengan dada lapang dan mari jaga persatuan kesatuan bangsa ini.

Ingat. Apabila ada pihak yang mau membenturkan antara agama dan bangsa ? Maka yang diuntungkan itu adalah pihak ke tiga yaitu ; PKI. Waspadalah.

Jangan mau lagi diprovokasi pihak politisi dan tokoh oppurtunis yang teriak hanya dalam rangka cari perhatian agar mendapatkan jabatan serta fasilitas kekuasaan. Walaupun agama dan persatuan yang mereka korbankan.

Marilah, dua hari lagi kita memperingati Proklamasi NKRI ke 74, perkuat diri dari provokasi PKI.
*Sekali Merdeka Tetap Merdeka !!*

Komentar